This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 25 Juli 2013

Pengantar Studi Ilmu al-Qur'an

Bagaimana Cara Kita Bersahabat Dengan  al-Qur'an al-'Adzim

Al-Qur’an sebagai cahaya yang menerangi, berasal dari Allah yang diberikan kepada hambanya. Telah banyak ayat yang menjelaskan tentang sifat-sifat Al-qur’an, salah satunya sebagai penerang. Sebagai cahaya yang menerangi, al-Qur’an memiliki karakteristik, yakni sebagai penerang bagi dirinya dan juga orang lain. Al-qur’an juga sebagai pembuka kesulitan, penjelas kebenaran, penangkal syubhat dan penambah hidayah. Al-qur’an sendiri memiliki karakteristik yang lebih dari kitab-kitab lainnya diantaranya, merupakan kitab yang berasal dari tuhan, kitab yang memiliki banyak keunggulan, sebagai penjelas dan mudah dipahami, kitab yang terjaga, kitab agama secara universal dan untuk seluruh zaman.

Dari keutamaan-keutamaan Al-qur’an itulah yang mendorong Yusuf Qardhawi untuk menulis buku ini, “Kayfa Nata’amal Ma’a al-Qur’an al-‘Adzim”, termasuk juga permintaan dari berbagai sahabatnya. Yusuf Qardhawi mengucap syukur kepada Allah, berkat Fadhilah serta Rahmat-Nya buku ini dapat memberikan pengaruh terhadap banyak orang, untuk menghilangkan syubhat dan memperbaiki banyak pemahaman yang salah, serta melahirkan banyak petunjuk dan ketepatan sebagai pencegah guna membantu kebenaran pemahman.

Lantas apa hal yang mendorong Qardhawi untuk menulis buku ini ? “sebelumnya Syeikh Muhammad Ghazali rahimahullah juga telah menerbitkan buku dengan judul sama yakni “Kayfa Nata’amal Ma’a al-Qur’an al-‘Adzim”, merupakan sebuah buku yang mengemukakan penjelasan mengenai pertanyaan panjang Prof. Umar Ubaid Hasanah ketika beliau sedang berada di Doha, kemudian Syeikh Ghozali menjawabnya secara terperinci,”. Qardhawi mengemukakan bahwa dalam bukunya Ghazali hanya menetapkan hukum-hukum tertentu yang ditanyakan kepadanya saja dan jawaban tersebut hanya terkait dengan pertanyaan yang dilontarkan kepadanya, belum memperhatikan metode khusus dalam penyusunan bukunya. Sehingga apa yang ada dalam substansi buku tersebut belum mencakup arti dari cara bersahabat dengan kitab Allah.

Mengingat kebutuhan terhadap metode buku ini sudah tetap, maka Qardhawi membaginya dalam empat bab utama. Bab pertama menjelaskan tentang karakteristik al-Qur’an serta tujuan-tujuannya, bab kedua tentang cara bersahabat dengan al-Qur’an dengan menghafal, membaca dan mendengar, bab ketiga mengenai cara bersahabat dengan al-Qur’an dengan pemahaman dan penafsiran, serta penjelasan mengenai metode utama dalam penafsiran, mengetahui kesalahan dan kehati-hatian, kedudukan tafsir ilmiah antara pihak yang setuju dan menolak, ini merupakan bab terpenting dalam buku ini, dan bab keempat penjelasan mengenai cara bersahabat dengan al-Qur’an secara ittiba’, pengamalan, hukum, dan seruan.

Dalam bab pertama, Qardhawi memulai penjelasannya mengenai karakteristik al-Qur’an, ia menyebutkan bahwa terdapat tujuh karakteristik yang dimiliki oleh al-Qur’an, pertama al-Qur’an merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui jalan Wahyu, al-Qur’an juga sebagai ruh yang berasal dari Allah, sehingga dapat menghidupkan akal dan hati. Sebagaimana halnya undang-undang tuhan yang mengatur kehidupan setiap manusia dan bangsa. Kedua al-Qur’an merupakan kitab yang terjaga, Qardhawi menjelaskan bahwa Allah telah mengatur sebab-sebab terjaganya al-Qur’an, seperti diturunkannya al-Qur’an di tempat ummat yang memiliki kelebihan dalam menghafal, Rasulullah sendiri telah memilih penulis wahyu, kemudian memerintahkan untuk menuliskannya disaat setelah diturunkannya wahyu tersebut, dikumpulkannya al-Qur’an pada saat Khilafah Abu Bakar, dan dituliskannya mushaf Imam pada saat khilafah Utsman bin Affan. Ketiga al-Qur’an kitab yang memiliki banyak kelebihan, diantaranya dari segi tatanan kalimat dan uslub yang disebut i’jaz bayani, kemudian dari segi hukum-hukum syar’i serta perbaikan-perbaikan yang didatangkan oleh al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan oleh Rasyid Ridha dalam bukunya “al-Wahyu al-Muhammadiyyu”. Keempat al-Qur’an sebagai kitab penjelas dan mudah dipahami, tidak seperti kitab filsafat yang cenderug kepada teka-teki serta rahasis-rahasia yang tidak jelas, karena Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk yang menyeru manusia kepada kalimat-kalimat Allah. Kelima al-Qur’an merupakan  kitab agama secara menyeluruh, terkandung di dalamnya ajaran mengenai akidah islam secara jelas, syari’at, akhlak Rabbani dan Insani, serta falsafah akhlak yang berbicara mengenai keutamaan akhlak, tujuan akhlak dalam islam dan karakteristiknya. Keenam al-Qur’an sebagai kitab bagi seluruh zaman, dalam artian kitab yang kekal dan tidak berhenti pada zaman tertentu. Karena hukum-hukum al-Qur’an, perintahnya, serta larangannya tidak terikat oleh waktu tertentu, yang kemudian berhenti untuk mengamalkannya. Terakhir al-Qur’an merupakan kitab bagi seluruh umat manusia, karana itu Allah menjadikannya petunjuk bagi seluruh manusia, tidak hanya sebatas kepada satu bangsa, ras, atau golongan tertentu. Tetapi kitab yang menyeluruh, undang-undang yang menyeluruh berasal dari tuhan yang menyeluruh.

Selanjutnya Qardhawi menjelaskan mengenai tujuan-tujan al-Qur’an, dalam buku ini terdapat tujuh tujuan al-Qur’an, pertama yaitu pembenaran akidah dan pandangan, mencakup didalamnya tiga unsur, yakni peneguhan serta penguatan tauhid, pembenaran akidah terhadap kenabian dan kerasulan, serta penetapan kepercayaan terhadap hari akhir dan ganjaran akhirat. Kedua, penetapan hak-hak serta martabat manusia, mencakup didalamnya tiga unsur, yakni penetapan martabat manusia, penetapan hak-hak manusia, dan penekanan terhadap hak-hak orang lemah. Ketiga, perintah untuk menyembah Allah serta takwa kepada Nya. Qardhawi menjelaskan bahwa ridak ada kitab suci selain al-Qur’an yang didalamnya terdapat seruan untuk memuji tuhannya, mengingat keluasan ilmuNya, mengagungkan dzatNya, cakupan kehendakNya,  ciptaanNya, mendapatkan keluasan rahmatNya, bersemangat dalam peribatanNya, tenanga dalam mengingatNya, sabar terhadap cobaanNya, dan ridha terhadap taqdirNya. Keempat perintah untuk mensucikan diri, Qardhawi menjelaskan bahwa manusia dengan fitrahnya, siap untuk tenggelam dalam kemaksiatan yang mengotori dan menyesatkannya. Sama halnya dengan kesiapannya untuk bertakwa sehingga dapat membersihkan serta mensucikannya. Kelima yaitu membangun keluarga yang baik dan persamaan hak terhadap wanita. Keenam pembentukan umat yang jujur terhadap sesama manusia, dan terakhir yaitu seruan kepada seluruh manusia untuk saling tolong menolong. Dijelaskan bahwa umat islam memiliki kewajiban untuk membawa misi agama kepada seluruh umat, maka tidak dibenarkan bagi manusia untuk menahan kebaikan serta cahaya pada dirinya saja, tetapi setelah mendapatkan petunjuk melalui cahaya Allah, maka ia juga harus menyampaikan petunjuk itu kepada orang lain.

Kemudian dalam bab kedua Qardhawi menjelaskan dengan sangat terperinci, mengenai cara bersahabat dengan al-Qur’an dengan cara menghafal, membaca, dan mendengarkan. Dalam bukunya, Qardhawi menjelaslan banyak keutaman bagi para penghafal al-Qur’an, diantaranya pada hari kiamat Allah akan memakaikannya mahkota dari cahaya dan sinarnya laksana sinar matahari. Kemudian bagi para penghafal al-Qur’an harus menjaga kesopanan dalam berprilaku, seperti halnya berprilaku seperti akhlak al-Qur’an serta mempersiapkan hati yang ikhlas dalam mempelajarinya. Dalam hal membaca al-Qur’an Qardhawi menjelaskan tata cara dalam membacanya, diantara jenis bacaan al-Qur’an yaitu dengan tartil, sedangkan jenis bacaan talhin dan tarji’ banyak perdebatan dalam tata cara membacanya, dalam bukunya Qardhawi menyampaikan perdebatan imam Qurthubi tentang masalah ini. Dari tata cara membaca al-Qur’an selanjutnya yakni dengan mentadaburi makna ayatnya. Bagi orang yang selalu merenungi makna al-Qur’an maka ia akan menemukan kemuliaan dalam susunan kalimat-kalimatnya, permata dalam hukumnya, banyak pengetahuan yang terpendam di dalamnya, hakikat wujud, rahasia kehidupan dan  penjelasan mengenai ayat-ayat. Oleh sebab itu banyak orang mengatakan bahwa, al-Qur’an mencakup ilmu mengenai orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Qardhawi juga menambahkan bahwa dari salah satu adab membaca al-qur’an yaitu berusaha untuk khusyuk dan sedih ketika membacanya.

Qardhawi menyebutkan bahwa Imam Ghazali dalam bukunya al-Ihya menerangkan hal-hal yang harus dilakukan sebelum mentadaburi al-Qur’an, yaitu memahami asal kalimat, kemudian mengagungkannya, memunculkan kehadiran hati, kemudian baru mentadaburinya. Dari hal-hal yang harus dilakukan ketika sedang mentadaburi al-Qur’an adalah bertanya jawab antara pembaca dengan al-Qur’an yang dibacanya, kemdian memusatkan hatinya dengan berpikir tentang arti dari ayat yang dibacanya, sehingga mengetahui makna dari setiap ayat, kemudian merenungi segala perintah dan larangannya.

Qardhawi juga menjelaskan di dalam bukunya, Apabila al-Qur’an memiliki nilai ibadah dengan  membacanya, maka ia juga memiliki nilai ibadah dengan mendengarkannya. Diriwayatkan oleh hadis dan Qardhawi membenarkannya bahwa Rasulullah sendiri pernah mendengarkan bacaan Abu Musa al-Asy’ari dengan suaranya yang bagus. Sebagaimana dijelaskan bahawa terdapat adab dalam membaca al-Qur’an, maka dalam mendengarkannya juga terdapat adab yang harus senantiasa dijaga, yaitu diam dan mendengarkannya dengan seksama, sebagaimana adab dalam membaca yaitu tadabbur dan tajawub, ini juga berlaku ketika mendengarkannya.

Dalam bab ini Qardhawi menjelaskan tata cara bersahabat dengan al-Qur’an yaitu dengan cara pemahaman dan penafsiran. Dalam bab ini dijelaskan tentang pentingnya tafsir dalam al-Qur’an, urgensinya, serta jenis-jenis penafsiran itu sendiri. Mengenai jenis penafsiran Qardhawi menerangkan terdapat dua jenis penafsiran dalam al-Qur’an, pertama yaitu tafsir dengan periwayatan yang diambil dari Rasulullah sendiri, atau dari para sahabat, para muridnya yaitu tabi’in, bahkan bisa juga diambil dari pengikut tabi’in. kedua yaitu tafsir dengan akal, yang dimaksud dari tafsir dengan akal disini yakni, usaha memaksimalkan akal dan pandangan dalam memahami al-Qur’an melalui pengetahuan mengenai lisan arab, dengan menyertai kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang mufassir dari segi syarat yang harus dipenuhi bagi seorang mufassir, pengetahuan, dan akhlah mufassir itu sendiri.

Dalam menafsirkan al-Qur’an, Qardhawi menjelaskan delapan metode utama Dalam menafsirkan al-Qur’an dengan ketepatan yang akurat. Yang pertama, mensinergikan antara metode riwayat dengan diroyat, kemudian tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an, tafsir al-Qur’an dengan hadis sahih, pemanfaatan penafsiran para sahabat dan tabi’in, pengambilan bahasa secara utuh, memperhatikan konteks ayat, memperhatikan asbab nuzul ayat, dan percaya terhadap al-Qur’an sebagai sumber yang harus diikuti dan selalu dijadikan rujukan.

Qardhawi juga menjelaskan delapan kesalahan yang harus kita waspadai dalam memahami al-Qur’an, pertama yaitu, lebih cendrung mengikuti ayat-ayat mutasyabihat daripada ayat-ayat muhkamat, kemudian kesalahan dalam menta’wil ayat, menempatkan nash Qur’an tidak sesuai dengan konteks kalimatnya, tuduhan naskh terhadap ayat tanpa bukti, ketidaktahuan terhadap sunnah bahkan sengaja menentangnya, percaya terhadap karangan israiliyyat yang dituliskan pada salah satu buku tafsir yang membawa kepada ketakahyulan serta kebatilan, menelantarkan apa-apa yang telah dibawa oleh ulama terdahulu serta menentang dengan sengaja buku-buku turats mereka, yang terakhir yaitu kelemahan serta keterbatasan dalam ilmu pengetahuan.

Dalam buku ini Qardhawi menjelaskan bahawa pada era kontemporer ini telah banyak berkembang metode ilmiah baru dalam penafsiran al-Qur’an, yaitu penafsiran mengenai ilu-ilmu alam, seperti ilmu falak, geologi, kimia, biologi, kedokteran, psikologi, matematika dan sejenisnya. Qardhawi menambaahkan bahwa pada abad ke 20 ini terdapat banyak pertentangan antara ulama ilmu alam dengan ulama syariat mengenai metode baru ini. Qardhawi juga mengemukakan beberapa pemikir islam serta muhaddits yang menyetujui serta menentang metode ini, meskipun kebanyakan ulama yang menentang daripada mendukung.
Qardhawi menyebutkan, diantara para ulama yang menentang metode ini adalah Syeikh Syaltut, Syeikh Amin al-khouli, dan Sayyid Qutub.

Imam Ghazali dalam bukunya “Jawahiru al-Qur’an” menjelaskan bahwa ilmu-ilmu terdahulu dan yang berkembang pada nantinya tidaklah keluar dari ajaran al-Qur’an, ghazali mengatakan “Semua ilmu pada dasarnya bertujuan untuk menambah pemahaman terhadap al-Qur’an, sebagaimana al-Qur’an sendiri menyeru kepada hal tersebut, dengan gambaran yang terkandung di dalamnya secara umum,”.

Kemudian Qardhawi menjelaskan kedudukan yang harus kita ambil dalam menyikapi pertentangan ini, bahwa terdapat tiga pandangan mengenai permasalahan ini, disatu sisi bahwa pihak yang menolak disertakannya ilmu alam serta pemikiran dalam penafsiran al-Qur’an, mereka beranggapan bahwa akan terjadi perubahan dengan perbedaan yang terdapat dalam ilmu-ilmu tersebut, di lain sisi pihak yang berambisi untuk memakai ilmu-ilmu tersebut bertujuan untuk menunjukkan, bahwa al-Qur’an mencakup ilmu-ilmu tersebut, dan mereka berupaya untuk mengangkat istilah “I’jaz al-‘Ilmi” dengan banyaknya keunggulan yang terdapat didalam al-Qur’an.

Qrdhawi mengatakan bahwa Dari dua sisi tersebut kita bisa mengambil kedudukan dalam menyikapinya, yaitu bersikap adil atau berada di tengah-tengah kedua belah pihak, dengan tidak menolaknya serta tidak berlebihan dalam menetapkannya.

Secara singkat Qardhawi menjelaskan tiga pandangannya mengenai permasalahan ini, yang pertama yaitu pentingnya pengetahuan terhadap ilmu-ilmu tersebut. Kedua, kewaspadaan mereka yang secara khusus memperdalam ilmu ini, dan ketiga mengindahkan syarat yang harus dipenuhi ketika memakai ilmu alam dalam penafsiran al-Qur’an.

Sebagai pengantar studi ilmu al-Qur’an, buku ini sangat penting untuk dijadikan pegangan, serta rujukan utama. Wawasan keilmuan Yusuf Qardhawi mengenai ilmu al-Qur’an yag tidak diragukan lagi bisa menjadi mutu terhadap nilai keakuratan dan keilmiahan buku ini. Untuk menunjukkan nilai keilmiahan itu, yusuf Qardhawi selalu menukil pendapat ulama-ulama salaf maupun kontemporer dalam bukunya, seperti Imam Ghazali, Imam Juwaini, Imam Laits, Imam Qurthubi, Imam Nawawi, Ibnu Katsir, Syeikh Syaltut, Sayyid Qutub, al-Mawardi, Rasyid Ridha, Abdullah Darros, dan masih banyak lagi ulama-ulama salaf maupun kontemporer lainnya yang dijadikan rujukan untuk memperkuat keakuratan bukunya. Semoga dengan metode utama dalam mempelajari ilmu al-Qur’an yang dijelaskan secara terperinci  oleh Yusuf Qardhawi bisa membuka wawasan keilmuan kita dalam mempelajari ilmu al-Qur’an secara mendalam. Wallahu a’la wa a’lam.

Buku                               : Kayfa Nata’amal Ma’a al-Qur’an al-‘Adzim.
Penulis                           : Dr. Yusuf Qardhawi.
Penerbit                         : Darussyuruq, Kairo, Mesir.
Tahun Penerbitan        : Cetakan kedelapan 2011.
Jumlah halaman           : 460 halaman.           

Kamis, 18 Juli 2013

Masisir Bersiap Sambut Pemilu Raya

Masisir Bersiap Sambut Pemilu Raya

Akhir-akhir ini Masisir mulai sibuk dengan persiapan kepanitiaan yang begitu banyak. Setelah berakhirnya rentetan acara PPMI, kini mulai dibentuk kembali berbagai kepanitiaan untuk mengakhiri kepengurusan PPMI masa jabatan 2012-2013 dan juga untuk memulai kegiatan PPMI dengan para jawara baru. Seperti mulai dibentuk nya kepanitiaan Sidang Umum PPMI dan juga kepanitiaan pemilu raya.

Ketua Panitia Pemilu Raya (PPR) ditunjuk oleh (MPA) PPMI dengan kriteria yang salah satunya adalah mahasiswa lama yang telah menetap di kairo kurang lebih selama 2 tahun. Mengutip perkataan Amrizal Batubara, ketua MPA PPMI, kriteria ini dimaksudkan agar seorang ketua PPR memiliki pengalaman sehingga dapat membaca situasi dan kondisi dalam kepanitiaan. Selain itu Ketua PPR diharapkan Cakap dan vokal supaya mudah dalam mengkoordinir kinerja anggota kepanitiaan. Ia juga menegaskan bahwa PPR ini berdiri secara independen yang terdiri dari utusan tiap-tiap kekeluargaan, dalam artian pihak MPA tidak mempunyai hak intervensi setelah kepanitiaan tebentuk secara utuh. “Tidak ada sedikitpun campur tangan MPA dalam kepanitiaan ini, cuman kita mengawasi dari luar saja, bukan dari dalam karena mereka kan sudah punya SC dan Panwaslura” lanjut mantan ketua DKKM priode 2011-2012.

Sementara itu Ketua Kepanitiaan Pemilu Raya mengaku bahwa sampai hari kamis (18/7) ia masih menunggu datangnya utusan-utusan dari tiap kekeluargaan, “mungkin pihak kekeluargaan sendiri masih sibuk, sampai lupa untuk menunjuk delegasinya, ya Wallahua’lam lah” ujar Reza Jamna mahasiswa fakultas Ushuluddin.

Ia menjelaskan dengan mantap langkah-langkah yang harus dipersiapkan oleh panitia, seperti penjaringan kandidat, pendataan serta pendaftaran kandidat, screening, debat kandidat dan pemilihan president yang baru. “Insya Allah Pemilu Raya akan dilangsungkan 1 minggu setelah LPJ PPMI maka setelah diskusi dengan pihak MPA dan beberapa teman-teman, saya kira 15 orang sudah cukup untuk membentuk kepanitiaan ini” lanjut mahasiswa asal Medan ini. Di akhir penjelasannya dengan semangat dan penuh keyakinan, pemuda berdarah batak ini mengungkapkan bahwa selaku panitia mereka akan berusaha untuk tidak menunjukkan satu sikap mendukung kepada salah satu kandidat pada nantinya, karena pada dasarnya kepanitiaan mereka berada dibawah pengawasan panwaslura.

Terkait kesiapan PPR, panitia Sidang Umum PPMI pun tidak mau kalah untuk  mempersiapkan  kepanitiaannya, berhubung acara ini akan lebih awal dilangsungkan. ketua panitia Sidang Umum PPMI Miftah Firdaus menegaskan bahwa acara ini akan dilaksanakan pada hari Ahad (28/7/2013). “kepanitiaan ini hanya berjumlah 16 orang, dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi antar sesama panitia” ujar mahasiswa tingkat 1 fakultas Syari’ah wal Qanun ini.

Lantas apa tanggapan president PPMI Jamil Abdul Latief soal pembentukan kepanitiaan pemilu raya ini ? ditemui di daerah Gami’ kawasan hay ‘asyir Nasr City, Selasa (16/7/2013), pria asal Cirebon ini menghimbau agar seluruh panitia pemilu raya memiliki kesiapan, kesungguhan dan netralitas, karena kepanitiaan ini berdiri secara independen. “yang jelas panitia harus menjaga netralitas dan supaya tidak ada kecendrungan kepada kedua belah pihak” ujarnya.

Semua masisir berhak untuk mencalonkan diri atau dicalonkan, lanjut Jamil, tetapi pada nantinya kemampuan dialah yang akan menentukan, apakah dia layak untuk dicalonkan atau mencalonkan dirinya. Ia juga menekankan bahwa dirinya tidak memiliki kecendrungan kepada siapapun, yang jelas semua kawan-kawan masisir yang memeiliki kemampuan, sudah tingkat 3 atau 4, maka dia berhak untuk maju pada pemilu raya tahun ini.

Pada akhir perbincangan, mahasiswa tingkat 4 fakultas dirasat islamiyah ini mengutarakan harapannya kepada para kandidat yang akan maju sebagai calon presiden PPMI tahun ini, yaitu untuk mempersiapkan niat yang baik, niat untuk berkhidmah dan niat untuk belajar berorganisasi.

Pernyataan seputar presiden PPMI yang ideal mulai booming di kalangan masisir, diantaranya Sekjen PPMI Zulfikar Hasibuan, ia berpendapat bahwa keidealan seorang pemimpin tercipta atas adanya ketaatan beragama, mutlak mempunyai basic kepemimpinan dan dapat merangkul serta menguatkan kawan-kawan masisir dalam hal akademis dan skill. Tak bersikap terlalu tegang, dalam artian santai,  juga bisa menjadi tolak ukur masisir dalam memecahkan  problematika yang dihadapi di berbagai lini, lanjut mahasiswa asal batang ini.

Kriteria lain juga dilontarkan oleh ketua Wihdah, Tsaqofina Hanifah. Dalam pandangannya, seorang presiden PPMI yang ideal harus bisa menempatkan diri dengan tepat. Berinteraksi dengan cakap dan seimbang dengan segala golongan, baik yang menyandang jabatan diatasnya semisal para anggota KBRI, ataupun yang masuk dalam cakupan kepemimpinannya layaknya para masisir. Tentunya ia juga dituntut pandai mengatur, memimpin dan mengarahkan para anggota PPMI khususnya dan seluruh masisir pada umumnya agar seluruh aspek yang ada bisa bersinergi mencipta sebuah kemaksimalan.

Hari-hari menjelang pemilu raya mulai digemparkan oleh sejumlah nama prediksi calon president PPMI priode 2013-2014 yang mulai terdengar di telinga Masisir. Beberapa nama pun muncul sebagai prediksi, diantaranya adalah Amrizal Batubara Ketua MPA PPMI tahun ini yang sebentar lagi akan menyelesaikan masa baktinya, ia mengungkapkan kesiapannya untuk maju sebagai kandidat calon president PPMI tahun ini. “iya, saya maju tahun ini, makanya saya cepat selesaikan masalah PPR ini, supaya nanti tidak ada omongan saya ikut intervensi dalam kepanitiaan ini” ujar mahasiswa tingkat 3 fakultas Bahasa Arab asal medan ini.

Kemudian nama yang juga mulai mencuat akhir-akhir ini yaitu Zulfikar Ganna Priyangga, mahasiswa tingkat 4 fakultas dakwah. Ia mengatakan jika dirinya memiliki kesempatan untuk maju pada tahun ini, maka ia akan memusyawarahkan dengan kawan-kawan terdekatnya dengan beberapa pertimbangan. “pertimbangan saya yang pertama, disini saya sudah tingkat akhir, kemudian di Indonesia ada beberapa bidang yang sudah depersiapkan untuk saya berkiprah disana” ujar Sekjen PPMI ini.


Prediksi ketiga jatuh kepada Abdullah Muttaqin, mahasiswa tingkat 4 fakultas syari’ah wal qanun. Ia mengungkapkan ketika ia memiliki kesempatan untuk maju dengan dukungan yang diberikan kepadanya, maka dirinya juga lebih memilih jalur istikhoroh untuk menentukan baik buruknya. “pada dasarnya saya orangnya tidak terlalu ambisius untuk mencalonkan diri, akan tetapi apabila ada teman-teman yang mempercayai saya untuk maju maka saya akan memikkirkannya lagi dan akan kita istikhorohkan” ujar bendahara umum orsat ICMI cairo ini. Dari ketiga prediksi calon president PPMI tahun ini siapakah yang akan menjadi kandidat terkuat ? biarlah waktu yag menjawab.