MENELUSURI
AKAR PEMIKIRAN LIBERALISME
Liberalisme
telah masuk ke dalam semua kelompok masyarakat manusia. Tidak terkecuali kaum
muslimin. Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam pun
demikian. Pengaruh liberalisme telah merasuk ke dalam semua lini kehidupan
banyak masyarakat kaum muslimin di negeri ini.
Selain
faktor internal kaum muslimin yang lemah dari sisi komitmen mereka terhadap
agamanya, terutama persoalan yang berkaitan dengan akidah, tersebarnya aliran
pemikiran liberalisme tidak lepas dari peran Barat yang sangat giat
menyebarkannya melalui kekuatan politik, ekonomi dan teknologi informasi yang
mereka miliki. Dan disinyalir, kaum muslimin adalah sasaran utama dari invansi
pemikiran ini.
Sebagai
umat Islam, tentu kita tidak ingin peradaban Islam yang di bangun diatas akidah
dan nilai-nilai agama Allah ini dirusak oleh orang-orang kafir dengan
pemikiran-pemikiran luar itu. Islam adalah agama yang sempurna dengan ajaran
yang bersumber dari wahyu Allah, Pencipta yang Maha-mengetahui segala kebutuhan
makhluk-makhluk-Nya. Karenanya Islam tidak membutuhkan isme-isme dan ideologi
dari luar. Allah berfirman:
“Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.
Al Maidah: 3)
Sejarah Liberalisme
Sejarah
kemunculan liberalisme terbentang dari sejak abad ke-15, saat Eropa memulai era
kebangkitan (Renaissance) mereka sampai sekitar abad ke-18 masehi,
setelah sebelumnya dari sejak abad ke-5, orang-orang Eropa hidup dalam era
kegelapan (Dark Ages).
Sejarah
liberalisme dimulai sebagai reaksi atas hegemoni kaum feodal pada abad
pertengahan di Eropa. Sebagaimana diketahui, Kristen adalah agama yang telah
mengalami perubahan dan penyimpangan ajaran. Pada tahun 325 M, Imperium Romawi
mulai memeluk agama Kristen yang telah mengalami perubahan tersebut, yaitu
setelah agama Kristen merubah keyakinan tauhid menjadi trinitas dan
penyimpangan-penyimpangan yang lainnya.
Pada saat yang sama, sistem
politik yang dianut oleh penguasa untuk memerintah rakyatnya ketika itu adalah
feodalisme yaitu, sistem otoriter yang zalim, menekan dan memasung kebebasan
masyarakat. Sistem feodal berada pada puncaknya di abad ke-9 Masehi ditandai
dengan munculnya kerajaan-kerajaan dan hilangnya pemerintahan pusat. Kaum
feodal terbagi menjadi tiga unsur yaitu, intitusi gereja, kaum bangsawan dan
para raja. Semuanya memperlakukan rakyat yang bermata pencaharian sebagai
petani dengan otoriter, zalim dan sewenang-wenang.
Kehidupan
beragama dibawah institusi gereja juga sarat dengan penyimpangan. Tersebarnya
peribadatan yang tidak memiliki landasan dalam kitab suci dan merebaknya surat
pengampunan dosa adalah diantaranya. Paus Roma, ketika mereka membutuhkan dana
untuk membiayai aktifitas Gereja, mereka menerbitkan surat pengampunan dosa dan
menghimbau masyarakat untuk membelinya dengan iming-iming masuk surga.
Pendapat-pendapat tokoh agama pun bersifat absolut dan tidak boleh digugat.
Alquran juga menyebutkan di antara penyimpangan mereka:
“Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga
mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31)
Penyimpangan
keyakinan, ditambah dengan sistem politik otoriter inilah faktor utama yang
kemudian melahirkan pemikiran liberal. Saat masyarakat tertekan dan hidup dalam
kezaliman, muncullah reaksi yang bertujuan kepada kebebasan hidup. Hal yang
telah menjadi sunnatullah.
Kesadaran
masyarakat Eropa yang ingin bebas dari segala bentuk tekanan itu mengharuskan
mereka untuk melakukan tranformasi pemikiran. Diantara proses transformasi
pemikiran ini adalah reformasi agama. Pada akhir abad ke-15, muncul beberapa
tokoh gereja seperti Marthin Luther yang
melakukan perlawanan terhadap Gereja Katolik,
kemudian mereka memberi nama Protestan.
Gerakan
reformasi agama yang dilakukan oleh Luther ini memiliki pengaruh besar dalam
sejarah liberalisme selanjutnya. Rumusan pemikiran Luther dapat disimpulkan
menjadi beberapa poin berikut:
1. Otoritas
agama satu-satunya adalah teks-teks Bible dan bukan pendapat tokoh-tokoh agama.
2. Pengingkaran
terhadap sistem kepausan gereja yang berposisi sebagai khalifah almasih.
3. Menegaskan
keyakinan pengampunan atau tidak diampuni (dari institusi geraja).
4. Ajakan
kepada liberalisasi pemikiran, keluar dari tirani tokoh agama dan monopoli
mereka dalam memahami kitab suci, klaim rahasia suci serta pengabaian peran
akal atas nama agama.
Gerakan
ini disebut sebagai gerakan liberal karena ia bersandar kepada kebebasan
berfikir dan rasionalisme dalam menafsirkan teks-teks agama. Perlawanan
terhadap gereja dan feodalisme terus berlanjut di Eropa. Runtuhnya feodalisme
menutup abad pertengahan dan abad selanjutnya yang disebut dengan abad
pencerahan (Enlightment).
Namun,
gerakan yang tadinya sebagai reformasi agama, pada perkembangan selanjutnya
perlawanan terhadap gereja mengarah kepada atheisme. Para pemikir dan filusuf
Perancis rata-rata adalah para atheis yang tidak mengakui keberadaan agama.
Sejarah panjang agama Kristen dari sejak penyimpangan dan perubahan ajaran hingga
perang agama yang meletus akibat reformasi Luther memunculkan kejenuhan yang
berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap agama. Kebebasan akal secara
mutlak akhirnya menjadi ciri utama dari gerakan ini.
Dr.
Abdul aziz al Tharify mengatakan, “Pengagungan terhadap akal semakin nampak
pada waktu-waktu revolusi. Mereka mengangkatnya dan mempertuhankannya. Sebagian
mereka bahkan mengatakan bahwa ini adalah penyembahan terhadap akal. Para tokoh
revolusi mengajak orang-orang untuk meninggalkan agama, terkhusus agama
katolik, mereka memutuskan hubungan Perancis dengan Vatikan. Dan pada tanggal
24 November 1793 M, mereka menutup gereja-gereja di Paris, merubah sekitar 2400
fungsi gereja menjadi markaz-markaz rasionalisme dan untuk pertama kalinya digagas
soal kebebasan kaum wanita. Pada intinya, titik tolak liberalisme berangkat dari
perlawanan terhadap penguasa absolut raja dan institusi gereja yang mengekang
kebebasan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar